GOD IS GOOD

GOD IS GOOD
KASIH YESUS MENAUNGI BUMI

Minggu, 28 November 2010

PERANAN SEORANG PENDETA

Peranan seorang pendeta termasuk sesuatu yang kompleks. Para pendeta perlu mengetahui dan mengerti dengan jelas apa yang diharapkan oleh Allah, anggota-anggota, organisasi, dan oleh diri mereka sendiri dari seorang pendeta.
Bagaimana para pendeta mengerti peranan mereka, akan menentukan sikap mereka terhadap pekerjaan dan keefektifan sebagai seorang pendeta. Satu kegagalan untuk mengerti peranan mereka akan berakibat rendahnya self-esteem, kurangnya kepuasan pekerjaan, timbul kecemasan dan stress yang serius. Pada bagian dimana berkurangnya image tentang pendeta, baik dari luar gereja maupun dari anggota gereja sendiri, dapatlah dikatakan bahwa dalam kenyataan para pendeta sering menyangkal bahwa mereka kurang mengerti akan panggilan mereka. (lack of understanding of their calling). Image yang kurang menyenangkan ini memantulkan sikap para pendeta dalam meraba-raba satu identitas dalam masyarakat modern. Untuk mengantisipasi hal itu, perlulah dijelaskan apakah dan bagaimana pentingnya peranan pendeta itu. Sebab keefektifan dan kesetiaan di dalam pelayanan adalah hasil dari pengertian yang jelas akan peranan pendeta. Pendeta perlu dan penting memiliki konsep yang jelas tentang misinya dan gereja itu sendiri. Namun dewasa ini, korps kependetaan sangat diharapkan oleh para anggota agar kita selalu siap dan harus serba bisa dalam menghadapi tantangan dan tuntutan dari anggota jemaat kita. Bagaimanakah kita akan menjawab tantangan ini?

“Siapakah yang sanggup menunaikan tugas demikian?” (2 Kor. 2:16). Konteks pertanyaan Paulus ini adalah PELAYANAN KEPENDETAAN, dan tersirat jawabannya adalah “Tak seorangpun” yang sanggup termasuk Paulus sendiri.
Para pendeta dimana saja anda melayani, tak disangkal tugas pekerjaan kita adalah merupakan tugas indah mulia dan penuh tantangan oleh karena kita melayani beraneka ragam temperamen dari anggota jemaat yang membutuhkan perhatian, komitmen dan kasih kita. Menjawab pertanyaan diatas merupakan suatu tantangan tersendiri bagi kita, oleh karena suatu kenyataan bahwa setiap pendeta perlu mengingatnya; karena di dalam arti yang sebenarnya tidak ada umat manusia yang cakap memegang tanggung jawab pelayanan kependetaan. Kita selalu boleh saja menemukan kesalahan dan kekurangan pada seorang pendeta. Mereka itu tidak pernah bekerja secukupnya, tidak pernah selesaikan tugas, tidak pernah melakukan sebagaimana seharusnya itu dilakukan. Surat Paulus kepada orang Korntus mengingatkan kita bahwa mereka sedang menyerang perannya sebagai pelayan, dan dia setuju dengan mereka bahwa dia tidak dapat melakukan tugas itu.” (2 Kor. 2:16)
Jadi janganlah kita kaget apabila para anggota kita mengusulkan bahwa Pendeta sudah gagal dalam hal-hal tertentu. Pendeta tidaklah cukup memadai untuk tugas yang diberikan pada mereka. Mereka tidak pernah akan cukup kapanpun. Permasalahan manusia terlalu besar, sifat manusia terlalu tidak sanggup, manusia adalah mempunyai kecenderungan dan sifat jahat, jadi bagi pendeta menjadi “segala sesuatunya bagi semua anggota,” walaupun para pendeta itu mencoba yang terbaik sekalipun adalah satu yang tidak mungkin.
Orang Korintus tidak puas dengan Paulus, dan orang Yahudi tidak puas juga terhadap Yesus. Para anggota yang paling vokal didalam pengeluhan mereka mengenai pelayanan pendeta, mereka mungkin adalah orang-orang yang paling membutuhkan untuk menerima pelayanan itu. Kita harus berhati-hati untuk menghakimkan pelayanan pendeta atas dasar berapa populernya pendeta itu. Perlawanan kepada kepopuleran tidak berarti bahwa pendeta itu tidak berbobot, sama saja bahwa kepopuleran itu juga tidak berarti bahwa pendeta itu sedang melakukan pekerjaan Allah. Pendeta janganlah di tempatkan di dalam kedudukan hanya untuk menyenangkan para pesungut atau memuaskan para pelanggan, Jika hal itu terjadi pendeta tidak ada bedanya dengani penjaga toko yang berusaha menyenangkan hati konsumennya. Inti dari semua profesi adalah bahwa dia tidak hanya melakukan saja apa yang anggota inginkan tapi gantinya apa yang dibutuhkan para anggota. Para dokter tidak akan memberikan resep obat atau pengobatan kecuali mereka pikir itu dibutuhkan, tidak menjadi masalah betapa cengengnya dan menuntutnya pasien itu. Dokter harus, oleh karena alasan yang jelas, membuat suatu diagnosa yang jujur tidak menjadi masalah mengenai kecemasan yang terjadi pada pasien itu.
Namun, setelah mengenal akan kenyataan ini, kita juga harus mengakui bahwa tidak semua pendeta adalah mempunyai kesanggupan yang sama. Seorang Pendeta sanggup menggembalakan satu jemaat dan bukan yang lain, dan faktor ini sendiri hanya mempunyai hubungan sedikit dengan permasalahan “Apakah Pendeta itu berbobot?” Jadi, kita mempunyai satu pertanyaan untuk di jawab. Apakah ada cara untuk menilai pelayanan seorang Pendeta?

Pandangan Alkitabiah tentang peranan dari pendeta (pastor)

Ada tujuh Unsur fungsi pendeta berhubungan dengan Allah sendiri.
1. Pendeta itu satu panggilan (a calling) – inisiatif Allah Ibr. 5:4
2. Pendeta itu satu perjanjian iman dalam janji-janji Allah (an activity of assurance, not anxiety)
3. Pendeta itu satu commitment kepada maksud-maksud Allah – menjadi pilihan dari Pendeta
4. Pendeta itu satu perintah (a commission) diberikan oleh Roh Suci diteguhkan oleh gereja.
5. Pendeta itu satu consecration – tindakan Allah menyucikan untuk hasil dan akhir yang suci.
6. Pendeta itu satu challenge (tantangan) sebab itu adalah tugas yang paling besar yang pernah diberikan kepada manusia.
7. Pendeta itu satu kesinambungan (continuation) dari pelayanan Yesus Kristus melalui pekabaran Firman Allah.

Dari 7 unsur ini diperkembangkan 15 image yang berbeda tentang Pendeta dalam Perjanjian Baru.

1. Messenger - Mark. 1:2 Pembawa kabar
2. Fisherman - Mark. 1:17,18, Nelayan
3. Shepherd - Yoh. 10:12,Gembala
4. Witness - Luk. 24:48,Saksi
5. Vessel - Kis. 9:15. alat/wadah
6. Servant - Kis 16:17,Hamba
7. Fellow laborer - I Kor. 3:9,Pekerja
8. Master builder - I Kor. 3:10 – ahli bangunan
9. Steward - I Kor. 4:1,2,Pelayan
10. Athlete - I Kor. 9:24:27,Atlit
11. Ambassador - 2 Kor. 5:20,Duta
12. Pelengkap - Ep.4:11,12 playing coach/trainer
13. Patron/Panutan - I Tim 1:16 Pattern
14. Militer/soldier - 2 Tim 2:3,Prajurit
15. Husbandman - 2 Tim 2:6 – Petani / peladang / tukang kebun

Dari 15 image ini dikelompokkan ke dalam beberapa kategori peranan:

1. Disciple 7. Prophet
2. Apostle 8. Evangelist
3. Elder 9. Pastor - teacher
4. Bishop 10. Person of God
5. Minister 11. Priest
6. Preacher 12. Trainer

- Melihat implikasi dari semua peranan dan image ini, dengan sendirinya kita dibawa kepada
tanggung jawab dan peranan yang begitu berat, yang bersama-sama rasul Paulus bertanya tentang Pastoral Calling itu: “Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?”
2 Kor. 2:16 . Melepaskan pendeta dari begitu banyak expectation (yang diharapkan) membaharui dan lebih banyak penekanan lebih luas dari gereja pada Priesthood (keimamatan) dari semua umat percaya, dan pelayanan drai kaum awam melalui karunia-karunia Roh. Dalam penentuan ini pendeta akan kelihatan sebagai seorang pemimpin coordinator di dalam jemaat. Peran ini akan jauh mengurangi konflik peran yang membingungkan banyak pengerja. Membagikan gospel commission kepada seluruh jemaat, membuat pendeta melaksanakan peran utamanya sebagai disciple- makers and leaders. Seorang pendeta itu haruslah menjadi atau berperan sebagai “leader and completer” dia perlu beberapa cara untuk mengadakan konsolidasi (menguatkan) terhadap begitu banyak aktivitas. Dimana dia berperan sebagai leader di dalam jemaat. Seorang Pendeta haruslah mempunyai konsep, bahwa gereja tidak harus menambah kekompleksan peranan pendeta oleh mengelilingi begitu banyak otoritas dan fungsi kepadanya. Geraja dan pendeta perlu mempraktekkan konsep ini agar pelayanan dapat dilaksanakan secara realistic

Gereja Advent dan Pendeta

Sejarah dan teologia Gereja MAHK-7 sangat mempengaruhi role expectation dari pendeta.
Pembaruan penekanan kepada kitab suci, konsep dari umat yang sisa, kepercayaan kepada kedatangan Yesus yang sudah dekat, focus dari kebenaran seperti sabat, kaabah, gaya hidup, dan mendesaknya misi eschatology dari gereja MAHK-7.

- Memperkuat dan menambah expectations gereja terhadap peran seorang pendeta.
Tambahan pula pekabaran seorang pendeta haruslah merupakan panggilan yang nyaring kepada dunia yang sedang binasa. Semuanya menambah lebih banyak expectations dan pentingnya peranan pendeta di dalam gereja, dan melihat kenyataan keterbatasan seorang pendeta, semuanya memadu menciptakan tension, stress dan breakdown. Di dalam index dari buku-buku Ny. White, ada lebih dari 1.700 kutipan yang mencakup 31 kategori tentang peranan pendeta. Ada ratusan kutipan yang menjelaskan tentang preacher, shepherds, gospel workers, dan evangelists. Arti dan kesucian panggilan pendeta merupakan tema yang dominant dari ny. White tentang kependetaan. Bila memikirkan semuanya itu, tanpa penerangan yang jelas tentang apa saja peranannya, pendeta akan dibebani oleh arti dan kesucian panggilan mereka. Mereka merasa tidak cocok atau tidak berkwalitas untuk mencapai expectations yang tinggi dan ideal itu. Untuk meringankan dan mengurangi stress dan perasaan cemas itu, kita perlu menjadikan model Perjanjian Baru tentang peran Pendeta. Model PB adalah pelayanan mengikutsertakan pendeta dan anggota sama-sama. Gereja harus menyokong pendeta untuk menjalankan model ini. Keikutsertaan para anggota gereja dalam pelayanan memenuhi gospel commission, akan sangat meringankan dan mengurangi stress pendeta.


Gereja MAHK dan para Pendeta.

Sejarah dan teologi GMAHK sudah mempengaruhi akan harapan peran dari Pendeta. Penekanan baru dalam Alkitab, konsep dari umat yang sisa, kepercayaan pada kedatangan Yesus yang sudah dekat, pemusatan pada kebenaran seperti Sabat, Kaabah, pola hidup, dan mendesaknya pekabaran Gereja secara eskatologi membentuk akan harapan dari Gereja untuk Pendeta Advent. Setelah memberikan konteks itu, Pendeta Advent menganggap pekabaran mereka sebagai suatu panggilan nyaring kepada dunia yang sedang binasa. Konsep demikianlah yang menambah kepentingan yang lebih besar kepada peran seorang Pendeta dan Gereja. Dan apabila peran ini ditekankan tanpa memperhitungkan model Perjanjian Baru mencakup pendeta dan kaum awam adalah sama, kita sudah menyebabkan keraguan. Apabila Gereja memanggil untuk pertanggungan jawab di dalam peran ganda dari pendeta tanpa membuat peluang secara khusus prioritas yang di negosiasikan dan untuk batasan manusia, maka itulah yang akan akhirnya menciptakan ketegangan, tekanan, dan kehancuran. Di dalam menerangkan peran dari Pendeta, Gereja Advent sudah diuntungkan oleh karena menemukan arahan bukan hanya dalam Alkitab tapi juga didalam hasil karya Ellen G. White. Dia meneguhkan suatu pandangan Alkitab yang tertinggi akan panggilan kepada kependetaan: Akankah setiap pendeta Allah menyadari akan kesucian dari pekerjaannya dan kekudusan panggilannya. Sebagai Jurukabar yang ditentukan oleh Ilahi, pendeta adalah didalam posisi suatu tanggung jawab yang mengerikan.” Index tulisan Ellen G. White mendaftarkan lebih dari 1.700 referensi mencakup 31 kategori peran pendeta. Sebagai tambahan, masih ada ratusan referensi di daftarkan di bawah kategori “Pengkhotbah,” “gembala,” “Pekerja Injil,” dan Evangelis.” Tema tentang pentingnya dan kekudusan pelayanan kependetaan adalah dominan sekali didalam apa yang Ellen G. White katakan mengenai Pelayanan Kependetaaan. Bersama dengan ini, ada tema lain yang muncul; keutuhan agar seluruh Gereja dilibatkan dalam penyelesaian tugas Gereja. Tanpa penjelasan peran yang tepat pendeta Advent tidak dapat dikuasi sepenuhnya oleh kepentingan dan kesucian dari panggilan mereka. Mereka boleh merasa tidak layak atau tidak memenuhi syarat sekiranya mereka gagal menjangkau harapan yang tinggi dan idial yang diberikan didalam nasihat Ny. White. Sikap ini, apabila tidak ditangani secara tepat, akan menambahkan konflik di dalam diri seorang pendeta. Acara pengurapan Advent dan Janji yang terkandung menyatakan standar tinggi yang diharapkan dari seorang Pendeta. Pengharapan demikian dapat dipenuhi hanya apabila Gereja terus memelihara dan membantu pendetanya dan menyediakan kesempatan bagi mereka untuk praktekkan model pelayanan Injil didalam Perjanjian Baru yang memperhitungkan baik para pendeta dan kaum awam didalam penyelesaian Perintah Injil.

Pendeta Bejana Tanah Liat.

Adalah benar bahwa tanpa pemahaman yang tertinggi dan keyakinan panggilan mereka dari Allah, pendeta akan tidak pernah bercita-cita, atau mencapai, maksud panggilan bagi mereka untuk dilakukan. Demikian juga, menolak batasan kemanusiaan mereka dan mencoba untuk memenuhi semua harapan yang diarahkan ke jalan mereka, akan menghasilkan ketegangan, nilai diri yang rendah, dan merasa tidak mencapai sesuatu. Paulus memberikan metapora klasik “kita miliki harta ini didalam bejana tanah liat” (2 Kor. 4:7) mengarahkan kepada superiornya “harta” (Yesus Kristus, dibandingkan dengan rendahnya “bejana” (pengkhotbah). “Bagaimanapun besar kesempatan dan kemuliaan kekeristenannya, dia (Pendeta) adalah masih manusia fana; dia masih tetap mangsa dari keadaan sekitar; dia masih tetap tercakup didalam situasi manusia diatas mana dia tidak ada kontrol; dia manusia fana dengan semua kelemahan dan penderitaan tubuh. Dia adalah seperti seseorang dengan harta yang indah, tapi harta yang di isi didalam bejana tanah liat, yang adalah lemah dan tak bernilai.” Pekerjaan Pendeta Injil adalah mencakup baik Allah dan manusia. Walaupun tidak ada persamaan diantara mereka, mereka adalah dalam persatuan yang tidak dapat dipisahkan didalam mengabarkan kuasa penyelamatan dari Yesus Kristus. “Di dalam tata cara Allah tidak terdapat hal demikian bahwa penyampaian pekabaran yang indah dari kebenaran tanpa seorang pengkhotbah. Di dalam maksud pilihan Allah akan kehendakNya dan pekerjaan adalah disampaikan kepada kita melalui satu kepribadian yang hidup,” dari seorang pendeta. Tapi “seorang pendeta . . . . hanyalah manusia, dan seringkali manusia biasa. Dia bukan superman. Juga bukan manusia besi. Dia mempunyai perasaan dan emosi, sama dengan orang lain; dia menjadi capek, sama dengan orang lain juga.” Konflik janganlah dianggap buruk. Apabila di kontrol, itu akan menstimulasi dan memotivasi. Apabila tidak di kontrol, itu akan menjadi berbahaya. G. Campbell Morgan menyediakan keseimbangan yang dibutuhkan: “Tekanan adalah didalam bejana tanah liat, dan mereka itu adalah tunduk kepada kesusahan. Ada suatu wahyu dari prinsip yang besar untuk semua pekerjaan yang berhasil. Itu adalah melalui pemecahan bejana agar terang berpancar keluar diatas jalannya orang lain. Namun kebenaran lainnya adalah mengenal bahwa kuasa adalah sepertinya semua tekanan diatas bejana tanah liat adalah tidak cukup untuk merusak mereka.” Namun dengan proporsi yang lebih besar dari konflik peran yang dialami oleh pendeta, ada sesuatu yang salah. Ada suatu desakan atau kebutuhan bahwa pendeta harus dilayani juga. Untuk promosikan akhir yang tertinggi dari pelayanan hamba Allah harus mulia dengan dirinya sendiri.” Pengakuan akan kebenaran ini memberi peluang untuk semangat yang disengaja dalam mendorong pendeta, anggota jemaat, dan para pekerja untuk menghubungkan dengan pengertian yang menopang. Itu mengakui akan pengertian Allah yang benar akan “Bejana tanah liat” milikNya. Itu akan memberikan kemungkinan dalamnya sendiri kepada pelayanan yang lebih sehat dengan konflik peran yang lebih sedikit. Ketika kemitraan yang asli muncul, konflik peran didalam pelayanan Injil dapat diperkurang.” “Konflik peran terjadi ketika dua atau lebih peran yang diharapkan saling menganggu atau bertentangan satu dengan lainnya. . . Di dalam konflik yang serius, penyesuaian dengan satu harapan dapat membuatnya sangat tidak mungkin untuk menyesuaikan dengan yang lain.” Pendeta itu sendiri, Jemaat setempat, dan pimpinan Gereja harus bergabung untuk menegosiasikan pengurangan di dalam adegan berlawanan dari harapan peran yang sangat berbeda. Adalah sangat mendorong kita untuk memperhatikan bahwa konflik peran demikian adalah bukan baru kepada para utusan Allah. Para Bapa, Nabi, Imam dan pengkhotbah dalam Alkitab sudah mengalami akan konflik yang demikian. Paulus mengalami konflik antara kerinduannya untuk menjadi mandiri ketika sebenarnya dia berhak atas bantuan dari Gereja, bertindak demikian “ditempat dimana motifnya sudah disalah mengerti.” Dia harus memilih antara menerima bayaran atau tetap mandiri dengan mempertaruhkan peran kerasulannya. Petrus dan Yohanis (Kis. 4:13-22) mengalami konflik peran antara perintah Kristus untuk berkhotbah dan perintah dari penguasa dunia jangan berkhotbah. Menentukan salah satu jalan akan menciptakan kesusahan ketika mereka berhubungan dengan kewajiban mereka. Kita dapat memperkurang konflik ini apabila kita dengan sadar mengakui bahwa kita hanya bejana tanah liat, diperintahkan untuk membagikan harta Ilahi kepada semua orang melalui pertolongan dari anggota jemaat. Pendeta bukan hanya pemimpin tapi pelatih orang lain untuk menjadi mitra didalam penginjilan. Walauplun hal ini nampaknya menempatkan satu kewajiban diatas suatu struktur peran kependetaan yang sudah berlebihan, itu adalah suatu kewajiban yang akan menuntun kepada pengurangan jangka panjang gantinya satu frustrasi berkelanjutan. Hal ini akan terjadi demikian khususnya apabila seluruh Jemaat digabungkan didalam tugas membawa masuk perobahan didalam penekanan. Dimana kemitraan yang asli muncul, konflik peran di dalam pelayanan Injil dapat di perkurang dan pemenuhan peran akan bertambah.






- Catatan kaki :
E. G. White, Gospel Workers (Washingtom, D. C: Review and Heralds Pub, Assn, 1915) hal. 150.

See Comprehensive Index to the Writing of Ellen G. White (Mountain View, Calif: Pacific Press Pub, Assn, 1962).

William Barclay, The Letters to the Corinthians (Edenburg: Saint Andrew Press, 1965) hal. 220, 221.

W. A. Criswell, Criswell’s Guidebook for Pastor (Nashville: Broadman Press, 1980) hal. 25.

Wayne C. Clark, The Minister Looks at Himself (Philadelphia, Penn; the Judson Press, 1957, hal. 67.

G. Cambell Morgan, The Corinthian Letters of Paul (New York; Fleming H. Revell, 1946) hal. 239.

Ralph G. Turnbull, A Minster’s Obstacle (Grand Rapids: Baker Book House, 1972) hal. 9.

Smith, hal. 26,27.

White, The Acts of the Apostles (MountainView, Calif: Pacific Press Pub, Assn, 1911), hal. 347.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar